Peristiwa Besar Di Saradan, Madiun 1949

PENGHADANGAN PASUKAN TGP dan TNI  

Sabtu, 25 Januari 2022.

Sekitar pukul 12:00 WIB, saya berangkat dari kota tempat tinggal saya di Blitar, Jawa Timur. Rencana saya akan menuju ke jalan raya Saradan, Madiun. Tiga jam perjalanan harus saya tempuh, dua kota harus saya lalui terlebih dahulu yaitu Kediri dan Nganjuk. Alhamdulillah...perjalanan saya lancar tanpa kendala. Seperti biasa saya melakukan penelusuran bersama keluarga, yaitu anak dan istri serta mas Shidiq yang bertugas sebagai cameramen. 


Akhirnya sekitar pukul 15:00 WIB, kami sampai di jalan raya Saradan, Madiun. Kami berhenti dan istirahat di Alfamart Saradan. Jauh-jauh dari Blitar hanya ingin melihat jalan raya, bukan ke tempat wisata dsb. Memang...untuk orang lokasi ini tidak berarti, tetapi bagi saya pribadi membuat saya bisa merasakan aura masa lalu. Saya bukan memiliki kelebihan, tetapi setiap dilokasi sejarah membuat saya seperti masuk ke masa lalu. Untuk mencari lokasi tepatnya peristiwa ini, saya butuh waktu semalaman untuk mempresisi persis atau tidaknya lokasi tersebut. Karena menurut denah lokasi yang saya jadikan acuan dari buku "Pelajar Pejuang TGP (1983)" pastinya sudah berbeda jauh dengan peta yang saya lihat di Google Maps. 

Denah penghadangan jalan raya Saradan dari buku "Pelajar Pejuang TGP (1983)"


Menurut buku "Pelajar Pejuang TGP (1983)", dalam bulan Juni 1949 di daerah Caruban dan Wilangan pasukan TGP (Tentara Genie Pelajar) telah melakukan 11 kali penghadangan kepada pasukan Belanda. Dari serangan ringan, sampai penghadangan besar-besaran. Dalam jarak waktu tersebut mereka berhasil menghancurkan 7 kendaraan Belanda berupa 4 truk, 2 half panser, dan 1 traktor, belum lagi terhitung berapa jumlah korban dari prajurit Belanda. Serangan penghadangan di Saradan ini dilakukan oleh pasukan TGP Kompi II "Syiwa", pasukan TNI dari Batalyon Antasangin, dan beberapa regu Stootbrigade (salah satu kesatuan elite TGP dari Brigade Penggempur). 

Serangan dilakukan pada tanggal 14 Juli 1949, mereka menggunakan beberapa bom dari pangkalan udara Maospati Madiun dan juga gudang amunisi Barukelinting yang terletak tidak jauh di selatan Saradan. Penghadangan ini menggunakan bom pesawat dan peluru meriam Howitzer yang sedikit di imporivisasi yang dirubah menjadi ranjau darat atau "trek bom". Mereka menggunakan 2 bom 250 kg, 3 bom 62.5 kg, 3 bom 50 kg, dan 2 bom 15 kg. Tidak mudah membawa bom-bom ini untuk dipasang di beberapa titik di jalan raya, dengan bantuan Rakyat secara estafet bom-bom ini berhasil tiba disetiap titik lokasi penghadangan.

Jalan raya Saradan sepanjang kurang lebih 2,5 km dibatas oleh dua jembatan kecil dijadikan sebagai daerah penghadangan dan penghancuran. Dari arah barat ke timur daerah jalan raya dibagi menjadi 4 titik penghadangan. Titik A di jembatan sebelah barat dipasang dua bom 50 kg, dengan beberapa penunggu dari Sutopo dan rekan-rekannya. Di titik B, kurang lebih 300 meter dari titik A, dipasang empat bom, dua bom 62.5 kg dan dua bom 15 kg. Di barat titik B, sebelah selatan jalan raya bersiap regu Sapto dengan senjata mesin 12,7 mm dan setengah peleton Batalyon Antasangin dengan senjata mesin "watermantel" atau Vickers buatan Inggris. Tepat di titik B berkedudukan Sunandi dengan satu regu pasukan. Di titik C, kurang lebih 750 meter sebelah timur dari titik B dipasang satu bom 62.5 kg dan dua bom 250 kg. Regu Suselo sebagai penarik bom dan stelling di rel kereta api, kurang lebih 50 meter utara jalan raya dengan dikawal pasukan Stootbrigade TGP pimpinan Hadi Mulyono. Titik D terletak di jembatan kurang lebih 300 meter sebelah timur dari titik C, dipasang satu bom 50 kg yang dioperasikan oleh regu Yuwono. 

Sekitar pukul 07:00 pagi dari arah Caruban terdengar derum kendaraan Belanda. Patroli tersebut terdiri dari satu panser pengintai Verret dan dua panser angkut Overval Wagen. Iring-iringan pasukan Belanda sengaja dibiarkan melewati titik A dan B, agar semua masuk kedalam jebakan para pejuang. Ketika telah sampai di titik C, dengan hati berdebar. Panser pertama melewati bom pertama dan kedua, masih belum diledakkan. Tetapi begitu melewati bom ketiga, bom-bom tersebut diledakkan. Suara menggelegar dentuman begitu dahsyatnya, tetapi hanya satu bom yang berhasil meledak. Sebuah bom 250 kg dan 62.5 kg tidak meledak. Akibatnya dua panser lainnya masih utuh dan membalas tembakan membabi buta dengan lari ke arah Wilangan. Karena serangan balasan tersebut, kelompok di titik C mengundurkan diri ke hutan tanpan sepengetahuan kelompok di titik B. Kemudian dititik D konvoi Belanda yang berusaha kabur ke Wilangan, berhasil dicegat dan bom di titik D diledakkan. Satu kendaraan pengangkut Belanda Overval Wagen berhasil hancur. 

Saya ketika berada disalah satu titik lokasi penghadangan, di jembatan titik D.


Kelompok B hanya bisa mendengar suara ledakkan di titik C, tanpa bisa melihat kejadiannya secara langsung. Karena posisi jalan titik B dan titik c tidak lurus, mereka tetap tetap tenang menantikan konvoi bantuan militer Belanda yang akan segera datang. Dan benar saja, kurang lebih 15 menitan bala bantuan Militer Belanda dari arah Caruban datang dengan jumlah yang besar, terdiri atas satu jeep besar, satu jeep dan satu truk penuh berisi tentara. Ketika mereka melewati titik A, tiba-tiba dua kendaraan berikutnya berhenti sebelum melewati jembatan. Para serdadunya turun dan segera menjaga jembatan di titik A. Melihat aksi pasukan Belanda yang tidak terencana, regu Sutopo yang bertugas meledakkan jembatan tidak melakukan tugasnya dan segera menyelinap masuk ke dalam hutan. Kemungkinan mereka panik karena bala bantuan Belanda yang begitu besar jumlahnya dan jika mereka melakukan peledakan, maka serangan balasan dari bala bantuan militer Belanda tidak karuan mengenai regu Sutopo. Dengan dalih menyelamatkan regunya, mereka segera menghindar ke dalam hutan disebelah selatan jalan. Mundurnya regu Sutopo juga diikuti oleh pasukan Antasangin tanpa diketahui regu Sunandi di titik B, begitu juga halnya dengan regu Sapto dengan senjata mesin 12,7 terpaksa mundur. 

Sesuai dengan rencana, regu Sunandi di titik B meledakkan bom-bomnya ketika bala bantuan militer Belanda melewati titik B. Setelah satu jeep berhasil hancur, maka pasukan Belanda yang ada di dua kendaraan berikutnya memberikan perlawan gencar dan tidak karuan menyalaknya persenjataan mereka. Sesuai dengan rencana, regu Sunandi menanti tembakan dukungan dari senjata mesin 12,7 regu Sapto dan senjata mesin "watermantel" milik Batalyon Antasangin. Tetapi dukungan yang dinanti tidak pernah berbunyi. Karena besarnya balasan dari pasukan Belanda, regu Sunandi tidak jadi melakukan perampasan senjata milik pasukan Belanda dan segera mundur kembali ke dalam hutan. Dengan demikian penghadangan di Saradan ini berakhir dengan hasil 50% dari yang telah direncanakan. Mereka tak berhasil merampas senjata milik lawan, tetapi dalam serangan besar-besaran ini mereka berhasil melumpuhkan dua panser dan satu jeep besar Belanda belum lagi dengan jumlah korban dari prajurit mereka.  

Malam harinya, mereka kembali lagi ke lokasi penghadangan. Dimana peleton Sunandi berusaha menjinakkan bom yang tidak meledak di titik C, dua orang prajurit TGP yang bertugas menjinakkan bom adalah Subagyo dan Saparno. Kedua rekan sahabat yang masih berusia muda tersebut berusaha menjinakkan bom agar tidak mengenai warga masyarakat. Tetapi Tuhan berkehendak lain, dua sahabat karib tersebut gugur saat berusaha menjinakkan bom. Tubuh mereka hanya ditemukan sisa baju dan daging serta tulang yang berhamburan di pohon dan semak, tidak lebih dari satu besek kecil. Untuk memperingati gugurnya Subagyo dan Saparno, didirikan Monumen TGP untuk mengenang mereka di halaman SMPN 2 Saradan yang baru saja diresmikan oleh Bupati Madiun Ahmad Dawami Ragil Saputro pada tanggal 3 Februari 2022 lalu. 

Saparno harus gugur dalam peristiwa 14 Juli 1949, saat berusaha menjinakkan bom di titik C. 


Itulah peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di sepanjang jalan raya Saradan. Peristiwa besar yang membuat saya semakin cinta akan perjuangan para pendahulu kita untuk melawan para penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semoga generasi Indonesia semakin menghargai jasa para Pahlawan dan mencintai sejarah bangsa ini. Video penelusuran saya bisa kalian saksikan dikanal youtube Album Sejarah Indonesia.

Setelah menelusuri lokasi penghadangan di Saradan, saya melanjutkan kembali perjalanan menuju ke Nganjuk... (bersambung)

Sejarah tidak membuatmu Kuno, Sejarah membuatmu Maju


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOTO EKSEKUSI ANGGOTA PKI DI MAGETAN 1948

BERAT SEKALI DIJALANI